Pemilu, Hak Warga atau Formalitas? Sosialisasi yang Setengah Hati!
Jakarta – Pemilihan Umum (Pemilu) yang seharusnya menjadi momentum penting bagi rakyat untuk menyalurkan suaranya sering kali terkesan seperti formalitas belaka. Minimnya sosialisasi menjadi salah satu faktor penyebab rendahnya partisipasi masyarakat, terutama di kalangan anak muda. Reni, Humas Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Pancasila, menyoroti masalah ini dan menilai bahwa pemahaman masyarakat, khususnya mahasiswa, masih sangat terbatas terkait proses dan pentingnya Pemilu.
"Dari yang kami lihat, banyak mahasiswa yang merasa tidak terinformasi dengan baik mengenai tata cara pemilu, visi-misi kandidat, dan peran mereka dalam menentukan masa depan negara. Sosialisasi yang dilakukan oleh pihak penyelenggara masih sangat kurang, bahkan cenderung setengah hati," ujar Reni.
Ia menambahkan bahwa sosialisasi yang tidak maksimal ini menciptakan kesan bahwa Pemilu hanya formalitas, di mana rakyat sekadar mengikuti prosedur tanpa memahami dampaknya. “Jika masyarakat tidak memahami mengapa mereka harus memilih dan siapa yang mereka pilih, maka esensi demokrasi hilang,” tambahnya.
Reni juga menekankan pentingnya peran Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan pemerintah dalam memperbaiki cara mereka menyampaikan informasi kepada masyarakat. Menurutnya, teknologi dan media sosial dapat dimanfaatkan lebih baik untuk mengedukasi pemilih muda yang cenderung lebih akrab dengan platform digital.
"Kita tidak bisa mengharapkan partisipasi tinggi jika sosialisasi tidak menjangkau masyarakat dengan cara yang efektif. Apalagi, mahasiswa sebagai generasi muda sering kali dianggap apatis, padahal mereka hanya butuh informasi yang jelas dan relevan," jelas Reni.
Dengan Pemilu yang semakin dekat, ia berharap bahwa penyelenggara pemilu dapat meningkatkan upaya sosialisasi agar pemilih merasa memiliki peran yang nyata dalam menentukan arah bangsa, bukan sekadar menjalankan prosedur rutin lima tahunan.
Tidak ada komentar: